Wednesday, September 17, 2014

Merindukan transportasi umum yang nyaman

Sudah beberapa minggu ini sejak semester baru dimulai, bunda dan Rayhan punya hobi baru naik bis. Karena tempat penitipan masih di seputaran UGM, bunda menawarkan Rayhan untuk naik bis saat akan menjemput adiknya sambil menunggu ayah yang kadang ada jadwal ngajar sore. Ternyata hobi baru itu keterusan sehingga Rayhan sangat menikmati naik bis. Pernah suatu hari dijemput dengan mobil, eh Rayhan nangis minta naik bis saja.

Sebenernya sangat menyenangkan naik bis, hanya jumlah bisa yang terbatas dan waktu tunggu yang cukup lama jadi merasa kadang kurang efisien. Tapi karena Rayhan sangat menyukai dan juga bisa menjadi ajang ngedatenya bunda dan Rayhan, kami harus menyediakan waktu dan juga dana naik bis setiap harinya.

Angan melayang ketika beberapa tahun yang lalu sempat mencicipi hidup di Davis, California dan Nara, Jepang. Dua kota ini menyeuguhkan transportasi umum yang cukup nyaman. Ketika berada di Davis, dengan adanya bus yang terbatas, tetapi track untuk sepeda cukup nyaman tersedia. Sehingga jika tidak bisa menggunakan bis, sepeda bisa dengan nyaman digunakan di jalan raya, tanpa takut diserobot. Yang penting hindari highway saja karena itu cukup berbahaya. Bisa dibilang luas UC Davis itu hampir sama dengan UGM atau mungkin jauh lebih luas ya. Tapi area hijau dan lingkungannya sangat nyaman untuk bersepeda. Orang-orang lebih menyukai menggunakan sepeda dibandingkan kendaraan pribadi bermotor. Sehingga suasana macet dan polusi mungkin tidak terasa.
Kalaupun ada bis, itupun bisa kampus yang bisa digunakan gratis untuk pindah antar fakultas. Dengan jadwal bis yang teratur jam2nya. Sehingga bisa dengan mudah diperkirakan waktu tempuhnya.

Tidak berbeda dengan Davis, ketika di NAIST pun transportasi umum menjadi andalan bagi kami yang tidak punya mobil. Selain tarif parkir yang mahal, untuk memperoleh SIM di Jepang itu juga tidak mudah. Teringat suami yang harus mengambil 5 kali ujian SIM. Sangat2 ketat aturan yang diterapkan. Tapi walaupun tanpa mobil sebenarnya sangat nyaman menggunakan bis atau kereta di Jepang. Jika kita mau ke suatu tempat, jika sudah tahu jadwal jam bisnya, maka perkiraan waktu tempuh perjalanan bisa diprediksi. Mungkin karena itu orang Jepang dianggap sangat tepat waktu. Karena jadwal bisnya gak akan meleset satu menit pun. Jadi kalo molor dari jadwal bis ya tinggal dada dada aja sama bisnya, gak bakal mau nunggu.
Nyamannya berkereta di Jepang
Keretanya lagi sepi

Kembali ke transportasi di Jogja, membandingkan dengan 10 tahun lalu saat masih jadi mahasiswa, bis menjadi andalan untuk kemana2. Ketika kembali dari kuliah setahun yang lalu sempat shock culture, melihat begitu banyaknya kendaraan bersiliweran di jalanan jogja terutama UGM. Antara miris dan sedih juga, ini menunjukkan tingkat perekonomian yang semakin baik atau bagaimana. Bisa dilihat sekarang mungkin lebih dari 50% mahasiswa menggunakan kendaraan bermotor.

Sebagai ibu dari dua orang anak yang tidak bisa nyetir dan mengandalkan suami dan juga transportasi umum. Ada sedikit do`a dan harapan semoga ada kebijakan dari pemerintah Jogja umumnya dan pemerintah sleman khususnya untuk bisa melihat dan mengambil kebijakan terkait ini. Jujur saya memimpikan transportasi seperti di Jepang yang bener2 transportasi umum itu jadi andalan. Jadi saya mungkin tidak perlu belajar nyetir ketika harus mengantarkan anak2. Karena dengan memakai bis bisa juga menjadi tempat `wisata` bagi anak2.
Mimpi kan boleh aja ya, karena saya mencintai kota ini walaupun saya tidak dilahirkan disini. Dan berharap Jogja tidak berubah menjadi ibukota yang penuh dengan keruwetan dan kemacetan.

4 comments:

  1. kereta di Jepang cihuy amat ya mak. Semoga SEGERA di Indonesia

    ReplyDelete
  2. Iya mak, nyaman banget pake transportasi umum disana.

    ReplyDelete
  3. semoga impian tentang transportasi ada di Indonesia ya mak. Salam kenal :D

    ReplyDelete