Wednesday, April 4, 2012

Rayhan GTM lagi??

Hmm...Rayhan Rayhan bunda akhir2 ini bingung masak untuk anak bunda ini. Makannya sedikit dan maunya roti. Tapi setidaknya dia mau makan sih. Ga GTM2 banget. Nah mau tau tentang GTM simak infonya dari link ini.

Gerakan Tutup Mulut nggak cuman dilakukan demonstran yang mencoba menuntut sesuatu. Tapi juga oleh bayi-balita usia 9 Bulan – 3 Tahun dengan alasan yang kurang lebih sama. Menginginkan sesuatu, menuntut sesuatu, merasakan sesuatu yang ingin mereka ungkapkan pada kita – Orang tuanya.
Tema ini seriiiiiiiing sekali mondar-mandir di milis MPASI Rumahan, hampir setiap minggu passssti ada pembahasan soal GTM pada bayi yang baru belajar makan sampai pada balita-nya yang tiba-tiba emoh buka mulut untuk makan. Kalo hal ini berlangsung lama, tombol panik mulai menyala.
Soal makan ini ternyata gampang-gampang susah dan susah-susah gampang. Jadi di HUT 3 Milis MPASI Rumahan& Mamaku Koki Handal, kami sepakat untuk menghadirkan tema GTM serta pembahasannya dari sisi klinis oleh momod paling ganteng *soalnya satu-satunya laki-laki* di Milis MPASI Rumahan – dr Yossi Arioseno- dan pembahasan dari sisi psikologis dibawakan dengan riang gembira oleh mbak Alzena Masykouri, MPsi.
Stress? Pasti lah.. wong anak ga mau makan, gimana kalo nanti sakit? Gimana kalo nanti berat badannya turun? Wah dimarahin dokter nih, dikatain jadi ibu ngak becus deh.. aduh.. aduh.. aduh… Lalu bikin status di FB, Twitter “hik hik… anakku GTM. Nggak mau makan… gimana ini?”
Hehhe… daripada nulis status nggak penting, lebih baik baca terus artikel ini :-D
APA SIH GTM?
Menurut mbak Alzena Masykouri, MPsi – GTM adalah suatu istilah yang diberikan pada perilaku anak, biasanya berusia di bawah 3 tahun, yang menolak untuk makan. Kenapa kebanyakan berusia di bawah 3 tahun, karena anak-anak usia 3 tahun ke atas biasanya sudah terampil untuk menyampaikan keinginannya secara lisan. Dengan mengutarakan perasaan atau keinginannya secara lisan, tentunya lebih mudah bagi orang lain (baca : orang tua dan pengasuh) untuk memahami keinginannya. Sedangkan, pada anak usia batita (bawah tiga tahun), kemampuan verbal yang masih terbatas menghalanginya untuk dapat menyampaikan keinginannya secara lisan. Akibatnya, mereka memilih untuk menunjukkan perasaan dan keinginannya dengan perilakunya. Tentu kita masih ingat dengan ‘temper tantrum’? Nah, GTM dan ‘temper tantrum’ adalah bentuk perilaku anak untuk menunjukkan keinginannya. GTM biasanya terjadi di masa-masa bayi melakukan pengendalian terhadap apa yang dia inginkan dari orang lain. Berbeda dengan bayi-bayi yang sedang dalam masa eksplorasi dimana semuaaaaaa benda dimasukkan ke mulut.
PEGANG TEGUH PRINSIP INI
Pertama, yang kita harus camkan adalah: Makan bukan hanya merupakan kebutuhan fisik, tapi juga kebutuhan sosial. Belajar makan adalah pembelajaran hidup terstruktur pertama bagi bayi. Jadi landasannya harussss kuat untuk membuat habit makan yang baik. Maksudnya apa sih pembelajaran hidup terstruktur itu?
Dalam proses belajar makan, anak diajarkan untuk selalu makan pada waktu tertentu, dengan posisi duduk (karena itu syarat mulai MP adalah setelah anak bisa duduk menopang kepala dengan tegak), di tempat makan (meja, highchair), membuka mulut, memasukkan makanan, mengunyah, menelan. Kedengarannya mudah, tapi sebetulnya nggak sesimpel itu. Kebiasaan baik saat makan juga perlu diajarkan seperti tertib saat makan, makan nggak boleh sambil disambi nonton TV, bermain dll. Duhhh.. pasti banyak yang udah jleb-jleb-jleb ya? hahah… tenaaang…
Kedua: Beri Contoh. Makan bersama-sama keluarga adalah pembelajaran makan yang sangat baik, karena anak akan mencontoh apa yang orang dewasa lakukan. Bercerita tentang makanan apa yang dimakan pada juga merupakan hal yang baik. Ajarkan bahwa makan adalah kebutuhan, bukan kewajiban. Jadi biarkan anak merasakan dan mengerti konsep “Lapar”, artinya jangan membuat porsi makanan yang fantastis. Lebih baik belikan sedikit tapi kalau kurang ditambah daripada membuat porsi besar tapi anak nggak bisa habiskan yang akibatnya bikin kita stress karena menganggap anak makannya nggak banyak dan bikin anak rewel karena dipaksa makan padahal sudah kenyang. Makan bukan kejar setoran :D
Jadi.. apa dong langkah selanjutnya?
TENANG DAN LOGIS
Gimana bisa tenaaaaang!!!!???????
Tenaaang, jangan esmosi dulu. Terus baca artikel ini. Kita harus memberi pemahaman terus menerus pada anak kita tentang konsep “lapar” itu. Biasanya, untuk anak yang lebih besar terkadang mereka nggak mau makan makanan padat. Tapi kalau lapar mereka akan minta susu yang rasanya lebih enak dan tinggal “glek”. Disinilah diperlukan pembelajaran pada anak (dan konsistensi orang tua) untuk memberi pemahaman pada anak bahwa yang mereka rasakan adalah “lapar” dan harus “makan”. Bukan hanya minum susu. Memang sih pasti bikin emosi jiwa tak terhingga “menyadarkan” anak soal ini. Tapi… sudahkan Mama mengajarkan hal-hal esensial, tahukah Mama bahwa multitasking pada bayi adalah hal yang seharusnya tidak dilakukan? Maksudnya, bayi makan sambil nonton TV, jalan-jalan, bermain, berlari-lari.
Penting untuk mengajarkan pada anak untuk selalu berkonsentrasi pada kegiatan makan yang dia lakukan. Batasi waktu makan tidak lebih dari 30 menit, makan sesuai apa yang ada dan jangan pernah memberikan “suap” berupa makanan lain yang lebih disukai anak. Misal : “Kalo udah habis, nanti Mama kasih cokelat ya”. Susah? tentunyaaa… apalagi kalo yang sudah terlanjur punya kebiasaan makan yang salah. Tapi, konsistensi kita sebagai orangtua /pengasuh yang harus ditega-tegain :D . Yang pengen punya anak kita juga kan, Ma..Pa…?
Lalu, jangan langsung panik kalau anak GTM. GTM terjadi karena 2 sebab utama: Sebab organik dan anorganik.
Sebab Organik merupakan sebab yang berhubungan langsung dnegan organ makan anak, misalnya mulut sariawan, gusi pedih karena mau tumbuh gigi, radang , dll. Sedangkan sebab anorganik meliputi keadaan psikologis anak, suasana hati anak dan pengasuh, suasana lingkungan, dll. Cek dulu, siapa tahu anaknya memang lagi sariawan atau tumbuh gigi lalu sesuaikan jenis makanan yang bisa menyamankan namun memenuhi kecukupan gizi-nya.
Itulah mengapa jurnal makanan menjadi hal yang penting. Nggak perlu mendetail sih, yang penting kita punya sebuah buku yang berisi tentang catatan harian makanan apa yang dimakan, dimasak apa, dan bagaimana reaksinya. Lalu, saat makan usahakan selalu berkomunikasi dan selalu senyum sebelum memulai makan. Jadikan acara makan menjadi waktu yang menyenangkan bagi anak dan pengasuh. Nggak bisa memungkiri sih, kita kadang (atau seringkali?) nggak sabar menunggu anak membuka mulut untuk makan sementara kita perlu kerja ini-itu. Kalau nggak habis kok buang-buang makanan. Nunggu habis lama. Nggak dihabiskan takut kelaparan … dilemanyaaaa….
dr. Yossi Arioseno mengatakan, janganlah kita terpaku menghitung asupan pada hari itu saja, tapi kita lihat saja asupan kecukupan gizi selama seminggu. Lalu dari segi klinis, dr Yossi mengatakan bahwa jangan menilai anak kurus, kurang gizi, malnutrisi, hanya dari penampakan luarnya saja. Selalu cek paling tidak di KMS atau growth-chart. Kalau terjadi hal yang serius bisa hubungi tenaga profesional seperti dokter anak ataupun ahli gizi.
Dari seminar ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak GTM:
1. Temukan sebabnya.
Apakah karena sebab organik atau anorganik. Kalau sebabnya organik (sariawan, radang tenggorokan) segera atasi dan buatlah makanan-makanan yang tidak mengiritasi sariawan atau radang-nya. Kalau sebabnya anorganik memang lebih susah mengatasinya. Tapi susah bukan berarti nggak bisa lho!
Kalau anak jadi susah makan karena ayahnya pergi, atau ganti pengasuh, berikan pengertian pada anak. Ajak anak ngobrol bahwa kita tahu perasaannya yang sedang sedih, rindu, tapi harus tetap makan supaya tetap sehat. Hiburlah anak, ajak bicara, walau mungkin Mama dan Papa menganggap bayi tidak mengerti apa yang kita bicarakan tapi percaya deh.. mereka paham lho. Dan seperti manusia yang sudah besar, mereka juga ingin dipahami. Kalau memang sudah berkelanjutan masalahnya, bawa ke psikolog untuk dianalisa apa sebetulnya yang membuat anak jadi tidak mau makan sama sekali.
2. Less Is More
Beri makan anak dalam porsi sedikit-sedikit tapi sering lebih membuat Mama-Papa-Pengasuh-Anak tidak stress daripada kekeuh memberikan makan 3 kali sehari dalam porsi “normal” dan tidak habis.
3. Susu bukan pengganti makanan!
Kadang kita tergoda, kalau anak nggak mau makan lalu kita ganti dengan susu. Ingat lho, susu bukan pengganti makanan padat. Susu adalah penyeimbang kebutuhan gizi, jadi tetap ajarkan anak untuk makan jika lapar. Bukan minum susu untuk membuatnya kenyang. Berikan pengertian bahwa kalau lapar, kamu harus makan.
Misalnya nih, anak minta susu padahal belum makan. Kita sebaiknya berkata “Dek, itu namanya lapar. Kalau lapar kita harus makan dulu ya..bukan minum susu. Yuk makan bersama”
Biasakan untuk memberikan susu dengan komposisi gizi yang lengkap setelah anak selesai makan makanan padat sebagai pelengkap dan penyeimbang bukan pengganti makanan padat :-)
4. Waktu makan = Waktu menyenangkan
Mulai dengan SENYUM, ditambah sabar dan tenang. Bercerita tentang makanan seperti: “Dek, ini namanya bayam… bayam itu warnanya hijau dan sehat sekali karena membuat kita kuat…” atau “Dek, ikan ini hidupnya di laut lho..laut itu punya kandungan gizi yang bagus supaya adek tetap sehat dan bisa main sama Mama”
Kedengerannya lebay ya… tapi perrrrrrcaya deh Ma, Pa… kalau kita santai dan tenang, anak pun merasa tenang makan bersama kita. Walau begitu tetap tegakkan aturan bahwa pada saat makan nggak boleh disambi *duh apa ya bahasanya* sambil nonton tv, mewarnai, mengalihkan perhatian, bahkan jalan-jalan. Ingat bahwa membatasi waktu makan juga sama pentingnya dengan aturan makan yang pertama tadi.
5. Berikan pilihan
Ini berlaku untuk anak yang sudah mampu bicara dan mengungkapkan preferensinya. Berikan anak kesempatan untuk memilih apa yang mau ia makan tapi kita tetap sebagi pemegang kontrol,  jangan berikan pilihan terbuka. Ini contohnya:
katakan “Adek mau makan sayur bening sama ayam goreng ATAU opor ayam dan buncis rebus?”
jangan katakan “Adek mau makan apa?”
Anak akan memilih makanan yang dia sukai, dan akan cenderung yang itu-itu lagi. Kalau sudah begitu yang ada kita berantem deh sama anak :D
Ini juga melatih anak untuk berani mengemukakan keinginan serta bernegosiasi.
Yang perlu diingat, setiap anak itu unik. Penanganan sebuah masalah pada satu anak mungkin tidak berlaku pada anak lain. Seru dan menantang ya jadi orang tua. Semoga sekelumit artikel ini bisa sedikit melegakan Mama dan Papa kece yang sedang dilanda GTM anak :D no need to worry. Tetap tenang dan logis, badai GTM akan segera berlalu.

No comments:

Post a Comment