Hmm...Rayhan Rayhan bunda akhir2 ini bingung masak untuk anak bunda ini. Makannya sedikit dan maunya roti. Tapi setidaknya dia mau makan sih. Ga GTM2 banget. Nah mau tau tentang GTM simak infonya dari link ini.
Gerakan Tutup Mulut nggak cuman dilakukan demonstran yang mencoba
menuntut sesuatu. Tapi juga oleh bayi-balita usia 9 Bulan – 3 Tahun
dengan alasan yang kurang lebih sama. Menginginkan sesuatu, menuntut
sesuatu, merasakan sesuatu yang ingin mereka ungkapkan pada kita – Orang
tuanya.
Tema ini seriiiiiiiing sekali mondar-mandir di milis MPASI Rumahan,
hampir setiap minggu passssti ada pembahasan soal GTM pada bayi yang
baru belajar makan sampai pada balita-nya yang tiba-tiba emoh buka mulut
untuk makan. Kalo hal ini berlangsung lama, tombol panik mulai menyala.
Soal makan ini ternyata gampang-gampang susah dan susah-susah gampang. Jadi di HUT 3 Milis MPASI Rumahan& Mamaku Koki Handal,
kami sepakat untuk menghadirkan tema GTM serta pembahasannya dari sisi
klinis oleh momod paling ganteng *soalnya satu-satunya laki-laki* di
Milis MPASI Rumahan – dr Yossi Arioseno- dan pembahasan dari sisi psikologis dibawakan dengan riang gembira oleh mbak Alzena Masykouri, MPsi.
Stress? Pasti lah.. wong anak ga mau makan, gimana kalo nanti sakit?
Gimana kalo nanti berat badannya turun? Wah dimarahin dokter nih,
dikatain jadi ibu ngak becus deh.. aduh.. aduh.. aduh… Lalu bikin status
di FB, Twitter “hik hik… anakku GTM. Nggak mau makan… gimana ini?”
Hehhe… daripada nulis status nggak penting, lebih baik baca terus artikel ini
APA SIH GTM?
Menurut mbak Alzena Masykouri, MPsi – GTM adalah suatu istilah yang diberikan pada perilaku anak, biasanya berusia
di bawah 3 tahun, yang menolak untuk makan. Kenapa kebanyakan berusia
di bawah 3 tahun, karena anak-anak usia 3 tahun ke atas biasanya sudah
terampil untuk menyampaikan keinginannya secara lisan. Dengan
mengutarakan perasaan atau keinginannya secara lisan, tentunya lebih
mudah bagi orang lain (baca : orang tua dan pengasuh) untuk memahami
keinginannya. Sedangkan, pada anak usia batita (bawah tiga tahun),
kemampuan verbal yang masih terbatas menghalanginya untuk dapat
menyampaikan keinginannya secara lisan. Akibatnya, mereka memilih untuk
menunjukkan perasaan dan keinginannya dengan perilakunya. Tentu kita
masih ingat dengan ‘temper tantrum’? Nah, GTM dan ‘temper tantrum’
adalah bentuk perilaku anak untuk menunjukkan keinginannya. GTM biasanya
terjadi di masa-masa bayi melakukan pengendalian terhadap apa yang dia
inginkan dari orang lain. Berbeda dengan bayi-bayi yang sedang dalam
masa eksplorasi dimana semuaaaaaa benda dimasukkan ke mulut.
PEGANG TEGUH PRINSIP INI
Pertama, yang kita harus camkan adalah: Makan bukan hanya merupakan kebutuhan fisik, tapi juga kebutuhan sosial. Belajar
makan adalah pembelajaran hidup terstruktur pertama bagi bayi. Jadi
landasannya harussss kuat untuk membuat habit makan yang baik. Maksudnya
apa sih pembelajaran hidup terstruktur itu?
Dalam proses belajar makan, anak diajarkan untuk selalu makan pada
waktu tertentu, dengan posisi duduk (karena itu syarat mulai MP adalah
setelah anak bisa duduk menopang kepala dengan tegak), di tempat makan
(meja, highchair), membuka
mulut, memasukkan makanan, mengunyah, menelan. Kedengarannya mudah,
tapi sebetulnya nggak sesimpel itu. Kebiasaan baik saat makan juga perlu
diajarkan seperti tertib saat makan, makan nggak boleh sambil disambi
nonton TV, bermain dll. Duhhh.. pasti banyak yang udah jleb-jleb-jleb
ya? hahah… tenaaang…
Kedua: Beri Contoh. Makan bersama-sama
keluarga adalah pembelajaran makan yang sangat baik, karena anak akan
mencontoh apa yang orang dewasa lakukan. Bercerita tentang makanan apa
yang dimakan pada juga merupakan hal yang baik. Ajarkan bahwa makan
adalah kebutuhan, bukan kewajiban. Jadi biarkan anak merasakan dan
mengerti konsep “Lapar”, artinya jangan membuat porsi makanan yang
fantastis. Lebih baik belikan sedikit tapi kalau kurang ditambah
daripada membuat porsi besar tapi anak nggak bisa habiskan yang
akibatnya bikin kita stress karena menganggap anak makannya nggak banyak
dan bikin anak rewel karena dipaksa makan padahal sudah kenyang. Makan
bukan kejar setoran
Jadi.. apa dong langkah selanjutnya?
TENANG DAN LOGIS
Gimana bisa tenaaaaang!!!!???????
Tenaaang, jangan esmosi dulu. Terus baca artikel ini. Kita harus memberi pemahaman terus menerus pada anak kita tentang
konsep “lapar” itu. Biasanya, untuk anak yang lebih besar terkadang
mereka nggak mau makan makanan padat. Tapi kalau lapar mereka akan minta
susu yang rasanya lebih enak dan tinggal “glek”. Disinilah diperlukan
pembelajaran pada anak (dan konsistensi orang tua) untuk memberi
pemahaman pada anak bahwa yang mereka rasakan adalah “lapar” dan harus
“makan”. Bukan hanya minum susu. Memang sih pasti bikin emosi jiwa tak
terhingga “menyadarkan” anak soal ini. Tapi… sudahkan Mama mengajarkan
hal-hal esensial, tahukah Mama bahwa multitasking pada bayi adalah hal
yang seharusnya tidak dilakukan? Maksudnya, bayi makan sambil nonton TV,
jalan-jalan, bermain, berlari-lari.
Penting untuk mengajarkan pada anak untuk selalu berkonsentrasi pada
kegiatan makan yang dia lakukan. Batasi waktu makan tidak lebih dari 30
menit, makan sesuai apa yang ada dan jangan pernah memberikan “suap”
berupa makanan lain yang lebih disukai anak. Misal : “Kalo udah habis,
nanti Mama kasih cokelat ya”. Susah? tentunyaaa… apalagi kalo yang sudah
terlanjur punya kebiasaan makan yang salah. Tapi, konsistensi kita
sebagai orangtua /pengasuh yang harus ditega-tegain . Yang pengen punya anak kita juga kan, Ma..Pa…?
Lalu, jangan langsung panik kalau anak GTM. GTM terjadi karena 2 sebab utama: Sebab organik dan anorganik.
Sebab Organik merupakan sebab yang berhubungan langsung
dnegan organ makan anak, misalnya mulut sariawan, gusi pedih karena mau
tumbuh gigi, radang , dll. Sedangkan sebab anorganik meliputi
keadaan psikologis anak, suasana hati anak dan pengasuh, suasana
lingkungan, dll. Cek dulu, siapa tahu anaknya memang lagi sariawan atau
tumbuh gigi lalu sesuaikan jenis makanan yang bisa menyamankan namun
memenuhi kecukupan gizi-nya.
Itulah mengapa jurnal makanan menjadi hal yang penting. Nggak perlu
mendetail sih, yang penting kita punya sebuah buku yang berisi tentang
catatan harian makanan apa yang dimakan, dimasak apa, dan bagaimana
reaksinya. Lalu, saat makan usahakan selalu berkomunikasi dan selalu
senyum sebelum memulai makan. Jadikan acara makan menjadi waktu yang
menyenangkan
bagi anak dan pengasuh. Nggak bisa memungkiri sih, kita kadang (atau
seringkali?) nggak sabar menunggu anak membuka mulut untuk makan
sementara kita perlu kerja ini-itu. Kalau nggak habis kok buang-buang
makanan. Nunggu habis lama. Nggak dihabiskan takut kelaparan …
dilemanyaaaa….
dr. Yossi Arioseno mengatakan, janganlah kita
terpaku menghitung asupan pada hari itu saja, tapi kita lihat saja
asupan kecukupan gizi selama seminggu. Lalu dari segi klinis, dr Yossi
mengatakan bahwa jangan menilai anak kurus, kurang gizi, malnutrisi,
hanya dari penampakan luarnya saja. Selalu cek paling tidak di KMS atau
growth-chart. Kalau terjadi hal yang serius bisa hubungi tenaga
profesional seperti dokter anak ataupun ahli gizi.
Dari seminar ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak GTM:
1. Temukan sebabnya.
Apakah karena sebab organik atau anorganik. Kalau sebabnya organik
(sariawan, radang tenggorokan) segera atasi dan buatlah makanan-makanan
yang tidak mengiritasi sariawan atau radang-nya. Kalau sebabnya
anorganik memang lebih susah mengatasinya. Tapi susah bukan berarti
nggak bisa lho!
Kalau anak jadi susah makan karena ayahnya pergi, atau ganti
pengasuh, berikan pengertian pada anak. Ajak anak ngobrol bahwa kita
tahu perasaannya yang sedang sedih, rindu, tapi harus tetap makan supaya
tetap sehat. Hiburlah anak, ajak bicara, walau mungkin Mama dan Papa
menganggap bayi tidak mengerti apa yang kita bicarakan tapi percaya
deh.. mereka paham lho. Dan seperti manusia yang sudah besar, mereka
juga ingin dipahami. Kalau memang sudah berkelanjutan masalahnya, bawa
ke psikolog untuk dianalisa apa sebetulnya yang membuat anak jadi tidak
mau makan sama sekali.
2. Less Is More
Beri makan anak dalam porsi sedikit-sedikit tapi sering lebih membuat
Mama-Papa-Pengasuh-Anak tidak stress daripada kekeuh memberikan makan 3
kali sehari dalam porsi “normal” dan tidak habis.
3. Susu bukan pengganti makanan!
Kadang kita tergoda, kalau anak nggak mau makan lalu kita ganti
dengan susu. Ingat lho, susu bukan pengganti makanan padat. Susu adalah
penyeimbang kebutuhan gizi, jadi tetap ajarkan anak untuk makan jika
lapar. Bukan minum susu untuk membuatnya kenyang. Berikan pengertian
bahwa kalau lapar, kamu harus makan.
Misalnya nih, anak minta susu padahal belum makan. Kita sebaiknya berkata “Dek, itu namanya lapar. Kalau lapar kita harus makan dulu ya..bukan minum susu. Yuk makan bersama”
Biasakan untuk memberikan susu dengan komposisi gizi yang lengkap setelah anak selesai makan makanan padat sebagai pelengkap dan penyeimbang bukan pengganti makanan padat
4. Waktu makan = Waktu menyenangkan
Mulai dengan SENYUM, ditambah sabar dan tenang.
Bercerita tentang makanan seperti: “Dek, ini namanya bayam… bayam itu
warnanya hijau dan sehat sekali karena membuat kita kuat…” atau “Dek,
ikan ini hidupnya di laut lho..laut itu punya kandungan gizi yang bagus
supaya adek tetap sehat dan bisa main sama Mama”
Kedengerannya lebay ya… tapi perrrrrrcaya deh Ma, Pa… kalau kita
santai dan tenang, anak pun merasa tenang makan bersama kita. Walau
begitu tetap tegakkan aturan bahwa pada saat makan nggak boleh disambi
*duh apa ya bahasanya* sambil nonton tv, mewarnai, mengalihkan
perhatian, bahkan jalan-jalan. Ingat bahwa membatasi waktu makan juga
sama pentingnya dengan aturan makan yang pertama tadi.
5. Berikan pilihan
Ini berlaku untuk anak yang sudah mampu bicara dan mengungkapkan
preferensinya. Berikan anak kesempatan untuk memilih apa yang mau ia
makan tapi kita tetap sebagi pemegang kontrol, jangan berikan pilihan
terbuka. Ini contohnya:
katakan “Adek mau makan sayur bening sama ayam goreng ATAU opor ayam dan buncis rebus?”
jangan katakan “Adek mau makan apa?”
Anak akan memilih makanan yang dia sukai, dan akan cenderung yang
itu-itu lagi. Kalau sudah begitu yang ada kita berantem deh sama anak
Ini juga melatih anak untuk berani mengemukakan keinginan serta bernegosiasi.
Yang perlu diingat, setiap anak itu unik. Penanganan sebuah masalah
pada satu anak mungkin tidak berlaku pada anak lain. Seru dan menantang
ya jadi orang tua. Semoga sekelumit artikel ini bisa sedikit melegakan
Mama dan Papa kece yang sedang dilanda GTM anak no need to worry. Tetap tenang dan logis, badai GTM akan segera berlalu.
No comments:
Post a Comment